31/12/08

Mau bicara sama Roh?

Benarkah Roh Leluhur Bisa Diajak Bicara?


Agama Hindu menyediakan literatur yang melimpah untuk dijadikan tumpuan belajar dan panduan mempraktikkan kehidupan beragama. Ada kelompok kitab Weda yang banyak jumlahnya, kemudian di Bali sendiri masih dibantu dengan literatur dalam bentuk lontar. Nah, itu baru panduan yang tertulis saja, karena di luar itu masih ada sulinggih ataupun pemangku sebagai tempat konsultasi tentang masalah keagamaan. Jika itu pun belum cukup, maka masih ada lusinan dresta, sima atau tradisi yang telah lumrah dipraktikkan turun-temurun. Demikian banyaknya tempat untuk bertanya dan belajar, toh orang Bali (Hindu) belum merasakannya cukup. Masih ada satu sumber yang patut dan (harus) digunakan: cara gaib dengan nunas bawos alias wawancara gaib dengan pihak-pihak yang diharap. Entah dengan leluhur, betara, atau panumadian-nya (roh yang menjelma). Ya, nunas bawos atau istilah lainnya meluasang, mepeluasang, ngalih munyin pipis baas, metuunang, dan istilah lainnya.

Kebiasaan yang paling umum berlaku di masyarakat adalah metuunang roh keluarga yang baru saja meninggal. Dengan minta bantuan jro dasaran, keluarga yang anggotanya ada meninggal itu bermaksud mencari tahu keadaan roh itu di alam sana. Maka pertanyaan yang sering dilontarkan bila roh itu telah merasuki jro dasaran adalah, “subake meme (bapa—cening) maan tongos?” dan sebagai jawabannya bisa saja jro dasran berucap atas nama roh itu seperti ini, “tonden, tiang nak nu menyi, jani tiang nu ngayah di Pura Dalem dadi jurui sampat.” Kemudian yang nunasang bertanya lagi: “meme (bapa—cening dsb) lakar genanag banten, apa tagih meme?” Lantas jro dasaran menjawab, “Abenang cang pang sing nu dini meguyang, apang nyak bersih lantas maan tongos melah.” Ya, kurang lebih demikian dialog itu berlangsung sedemikian rupa. Ada kalanya jawaban itu berbunyi melarang untuk mengabenkan dirinya dan minta dikubur saja. Atau dalam kasus yang lain ada ‘sabda’ yang mengatasnamakan betara ini betara itu menuntut dibuatkan pelinggih baru. Dan sering juga petunjuk-petunjuk jro dasaran ini dipatuhi oleh masyarakat yang punya masalah, walaupun sering juga petunjuk serupa diacuhkan, karena dipandang tak sreg di hati.
Begitu juga dengan isi dari petunjuk jro dasaran itu tak selalu benar. Sudah biasa kalau banyak ucapan-ucapan itu ngawur, meskipun di lain kesempatan tak sedikit ucapan balian sonteng ini benar dan dapat menyelesaikan problema seseorang yang datang padanya.
Tradisi nunas bawos ke tempat balian sonteng adalah warisan kebudayaan animisme yang masih dipraktikkan hingga kini. Datang ke jro dasaran harus hati-hati untuk mampu membedakan pesan itu datang dari pitara, bhuta atau Betara? Inilah, mengapa menyimak isi dialog seperti ini harus cerdas dan ber-wiweka.
Melihat kenyataan ini, berarti di Bali tidak melulu sastra sebagai guru, karena pelaku ngelmu gaib (bagaimana pun proses ngelmunya), seperti jro dasaran atau balian sonteng juga memiliki porsi sama dalam menentukan visi keagamaana umat. Hanya saja untuk menjadi sulinggih atau mangku bisa ditempuh lewat cara belajar secara metodis, namun balian sonteng, dasaran dan sejenisnya sering ‘jadi’ begitu saja tanpa proses nyata. Inilah yang menyulitkan kemudian, karena toh mereka mengklaim bekerja atas nama sesuhunan yang gaib, namun tetap saja harus bicara dalam bahasa manusia. Dan ucapan-ucapan harus dipertanggungjawabkan secara hukum positif dan hukum agama. Banyak juga ucapan bertuah dilontarkan balian, namun tak jarang ucapan menghasut dan menyesatkan terucap. Mungkin masalahnya adalah, apakah dasaran itu ngiring bhuta, ngiring bhatara atau melanjutkan pekerjaan pitara yang belum tuntas. Apakah ada orang ngiring bhuta (menyembah dan menjadi abdi bhuta—makhluk alam bawah)? Dalam benak kita, yang diasosiasikan sebagai bhuta kala adalah makhluk-makhluk assura: daitya, danawa, raksasa, pisaca, yaksa, pratikelena dan lainnya. Namun kita pun belum pasti benar siapa danawa, yaksa, pisaca itu? Sebenarnya roh-roh manusia yang mati bisa digolongkan menjadi beberapa jenis. Pertama roh yang mencapai alam kebebasan (moksa), kedua roh yang mencapai alam dewa (sorga), kemudian roh yang terikat dengan dunia, tetapi memiliki karakter baik (dewa yoni) dan roh yang berada dalam kesdaran tingkat bawah Preta yoni). Dewa yoni dan preta yoni inilah yang paling banyak berhubungan dengan manusia yang masih hidup, memberikan pawisik, paica, penampakan gaib dan sejenisnya. Makhluk dewa yoni dan preta yoni ini memiliki kualitas berbeda dan motivasi berbeda pula. Namun keduanya memiliki persamaan, yaitu memiliki kepentingan mencari pengikut (partner kerja—penyembah) di dunia nyata. Masalahnya adalah, di alam mereka sendiri juga terdapat koloni-koloni dan mereka harus dapat mempertahankan wilayahnya masing-masing. Roh-roh sakti yang berkuasa di suatu wilayah akan mencoba mengembangkan kekuasaannya dengan mencari pengiktu dan penyembah. Salah satu caranya adalah memberikan manusia paica benda gaib, memberikan kemurahan rejeki (pesugihan), memberikan manusia kesaktian dan sejenisnya. Semua pemberian itu tak ada yang cuma-cuma, tetapi terikat kontrak kerjasama yang rapi dan susah diputuskan oleh manusia.
Paica berupa benda gaib atau perjanjian gaib yang mengikat manusia itu sekaligus sebagai piagam kontrak kerjasama itu, dan sebagai imbalannya, roh-roh seperti itu pasti meminta sesuatu persembahan. Persembahan ini tentu akan datang dari pasien-pasien balian atau dasaran yang tangkil nunas tamba atau nunas bawos. Persembahan inilah yang dinikmati oleh sesuhunan. Jika sesuhunan itu dewa yoni, maka ia termotivasi untuk membantu secara murni, karena dulunya mungkin ia adalah orang baik-baik di masa hidupnya dan memiliki energi sakti. Dan karena energi saktinya inilah ia harus menuntaskan karma wasananya dengan melanjutkan menyalurkan energi yang terlanjur ia terima sebelumnya kepada manusia yang masih hidup (kekuatannya diberikan kepada balian). Umumnya, roh macam ini tak banyak permintaan, tak minta banten banyak dan persyaratan sulit buat pasien. Ujung-ujungnya pun umat akan digiring untuk tangkil ke pura-pura tertentu untuk tangkil kepada Ida Bhatara disana. Berbeda dengan roh preta yoni, yang mana motivasinya mencari pengikut adalah untuk menyuburkan kedudukannya di alam sana. Ingin memperluas dan memperekuat hegemoni. Roh seperti ini akan memberikan pawisik menyesatkan. Awalnya kelihatan benar, tetapi berikutnya akan disamarkan secara perlahan, sehingga yang mengemuka adalah kepentingannya, bukan mengatasi masalah manusia. Misalnya, kemudian minta pelinggih, minta upacara tertentu, minta dibuatkan pelinggih di pohon yang angker (kendati tidak semua yang minta pelinggih itu preta yoni, bisa juga dewa yoni).
Orang Bali bukannya tak paham akan hal ini. Takut menjadi abdi gaib dari roh yang tak jelas identitasnya, maka dalam banyak kasus kita saksikan banyak orang berusaha mati-matian untuk menolak menjadi dasaran atau balian. Mereka takut, makhluk apa yang mereka iring, siapa yang mereka jadikan tuan, dewa yoni-kah atau preta yoni? Sebab semua sesuhunan itu saat menampakkan diri kepada abdinya selalu mengaku Ratu ini ratu itu.
Karena roh-roh ini, baik dewa yoni maupun preta yoni belumlah roh yang sempurna, maka apa yang dibisikkannya kepada manusia tidak bebas dari risiko kebohongan, kesalahan, ketidakbenaran, dan lainnya. Jadi berhubungan dengan mereka ini patut dipetik manfaat positifnya saja. Karena roh-roh seperti ini adalah pasti roh tua, berasal dari mereka yang meninggal dahulu kala, mungkin juga di zaman purba atau kerajaan. Tentu ia memiliki kemampuan untuk menghubungi roh-roh yang baru meninggal, untuk memediasi berdialog dengan bekas keluarganya di alam nyata. Itulah fungsi sesuhunan dasaran atau balian sonteng. Tinggal sekarang kita perlu waspada dan menyelamatkan jalan spiritual kita. Untuk tidak terjerumus pada hasutan gaib yang tak bertanggungjawab, maka jadikan saja ajaran agama sebagai pedoman utama.
Makhluk preta yoni ini banyak bergentayangan di sekitar kita mencari ‘nasabah’ militan. Hati-hatilah pergi ke gunung, goa, pohon besar, tempat angker untuk minta kesaktian. Kesaktian dan pesugihan adalah hal yang sangat remeh dan paling murah di alam niskala yang bisa dijadikan umpan untuk menjerat leher manusia yang keburu terhanyut hayalan kemewahan dunia. Dan bagi mereka yang emoh, enggan ngiring sesuhunan yang tak jelas identitasnya, punya keraguan di hati untuk menajdi abdinya, maka segeralah berlindung kepada guru rohani. Temuilah sath guru dan kita akan dibebaskan dari risiko buruk itu. Jika pun harus ngiring, maka kita akan menjadi abdi dewa-dewa yang bertahtakan kesucian. Mohonlah petunjuk kepada leluhur di Sanggah Kemulan supaya dibukakan jalan terang.
Jadi, pergi ke balian sonteng atau jro dasaran tak ada salahnya, asalkan semua isi dialog itu disaring sesuai keyakinan dan petunjuk sastra-sastra agama. Sebenarnya yang kita cari di tempat balian sonteng bukanlah wahyu dewata, tetapi kita pinjam ‘pesawat telephone’ untuk menghubungi keluarga kita di alam lain. Ingat! Roh keluarga kita yang bisa dihubungi adalah yang dimensinya masih dekat dengan alam ini. Semakin tinggi alam yang dicapai roh bersangkutan, maka makin sulit dihubungi, apalagi roh yang sudah mampu bebas dari ikatan-katan duniawi. Namun kenyataannya, siapa saja yang hendak kita kontak lewat jro dasaran selalu bisa. Nah! Hati-hatilah dengan subjektivitas jro dasaran.
N. Putrawan – Majalah Raditya

Ramalan Th 2009

Eeeeit ... jangan menuduh dulu bahwa saya sangat percaya dan tergantung dengan ramalan, makanya topik diatas diangkat dalam blog ini. Maksud saya ini hanya sebatas informasi yang penyerapan dan pencernaannya sangat tergantung pribadi masing-masing pembaca.. ya toh...!
Dari beberapa koran diantaranya "Warta Kota" dan "Bali Post" disampaikan ramalan beberapa kejadian ditahun 2009 oleh Mama Lourentia, berikut petikannya :
"Akan ada dua politikus meninggal dunia akibat terbunuh. Keduanya terbunuh karena persaingan dan sakit hati yang telah membara dan dibawa terus sampai jelang pemilihan umum.
Undang-undang yang diterbitkan oleh para wakil rakyat banyak diprotes di mana-mana, baik di kampus maupun para budayawan. UU hasilnya keropos dan pepesan kosong. Demo marak di kampus-kampus dan jatuh korban, baik dari mahasiswa yang protes maupun dari pihak keamanan. UU MA maupun UU lain pun tak ampun akan ditolak mentah-mentah, meski sudah diteken Presiden.

Di bidang hukum, masih ada titik terang. Para penegak hukum akan lebih solid dan berbuat tegas dalam menerapkan aturan. Preman dan koruptor pun ditangkapi dan dijatuhi hukuman. Tidak ada pejabat di provinsi yang tidak berbuat korupsi, sampai dubes dan mantan dubes pun termasuk para menteri di kabinet peninggalan Presiden Megawati hingga menteri kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ditangkap dan dihukum.
Mama Lauren juga mengingatkan, hati-hatilah menangani korban lumpur Lapindo. Muntahan lumpur yang dibarengi embusan gas akan mengakibatkan longsor di beberapa tempat.
Dunia selebritis dan artis tak berbeda dengan tahun sebelumnya. Kawin-cerai masih tetap marak dan jadi mode. Ada beberapa pasang artis yang belum lama menikah akan bercerai beberapa bulan kemudian. Peristiwa menyedihkan akan menimpa dunia artis Indonesia. Ada tujuh selebritis akan meninggal dunia, empat orang pria dan tiga perempuan. Dari tujuh artis itu, dua orang laki-laki dan satu perempuan akan meninggal karena narkoba. Sedangkan empat lainnya tutup usia karena sakit.
Meski dunia hiburan mengalami kehilangan dan terjadi kawin-cerai, banyak bintang muda muncul dan menjadi rising star dan idola di tengah masyarakat. Penyanyi muda, band, pesinetron, pemain film dan pelawak muda yang lebih fresh bermunculan dan namanya dibicarakan di mana-mana. Beberapa penyanyi dan sineas menerima prestasi di luar negeri dan nama Indonesia tambah harum. Ada kabar bahagia, dua pasang selebriti yang sudah bercerai akan rujuk kembali.

Peristiwa menggembirakan terjadi di dunia kesehatan dan olahraga. Meski terjadi korban karena narkoba, malpraktik dan produk-produk makanan yang membahayakan, akan ada sebuah penemuan obat yang lama dicari dan ditunggu, selain Departemen Kesehatan akan membuat perubahan mengenai pengobatan gratis bagi warga miskin. Dunia olahraga bulu tangkis akan memunculkan banyak pemain baru yang akan menjadi pemain andalan Indonesia."
Demikian ramalan mama Lourentian sedangkan di harian Warta Kota seorang Politisi dan Paranormal : Permadi, meramalkan bahwa Pemilu 2009 chaos dan gagal dilaksanakan.
Jadi di sini Saya hanya ingin para pembaca menjadi saksi atas ramalan mereka bener apa tidak? dan para pembaca tetap menjalani tahun 2009 dengan penuh optimisme tanpa takut bayang-bayang ramalan tersebut. Dan tentunya jalanilah kehidupan ini dengan penuh rasa syukur dan ikhlas serta tetap ingat (mebhakti-red) kepada leluhur dan Tuhan (Ida Hyang Widhi Wasa-red).
Kadek - Kalibata, 31 Desember 2008.

10/12/08

Foto Tirtayatra


Pada bulan September 2008 kami sekeluarga melakukan Tirtayatra ke Pura Goa Giri Putri dan ke Pura Dalem Ped di Kawasan Nusa Penida.

Dari Klungkung kami berangkat sekitar jam 7.00 pagi hari dan sampai di Nusa Penida jam 10.00 siang dan langsung ke polsek nusa untuk ganti pakaian sembahyang dan meminjam mobil (maklum kakak ipar dan kakak kandung dua-duanya polisi wilayah tersebut).

Dari hasil Tirtayatra tersebut ada satu foto yang hasilnya "agak aneh", fenomena apakah tersebut kami serahkan kepada pendapat masing-masing pribadi yang melihat.

Tuhan ada kok?

Analogi Tukang Cukur dan Tuhan


Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
“Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

05/12/08

Mau Beruntung?

KOK BISA BERUNTUNG TERUS????????


Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, Dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam Koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok is Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! Ada 43 gambar di Koran ini”. Kelompok sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 Koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang Dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, Dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial :

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, Dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks Dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, Dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru. Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, Dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi Dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika.Keputusan- keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang Barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit Kita dengar jika otak Kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan.

Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, Dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi Kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 Ada suara yang terdengar menyuruh Kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan. Karena ini subyektif, mungkin saja Ada orang yang beneran denger suara.Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-degan ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan Kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

- Isyarat dari luar. “Follow the omen” demikian kalau kata Paulo Coelho di buku the Alchemist. Baca “isyarat2″ dari luar yang datang pada Anda. Saya juga beberapa kali mengalami. Misalnya pernah saja tiba2 di TV saya kok merasa sering melihat iklan suatu perusahaan tertentu, kemudian ketemu teman kok membicarakan perusahaan itu lagi, di jalan melihat iklan perusahaan tadi. Belakangan perusahaan tadi ternyata menjadi klien saya. Jadi kalau akhir2 ini Anda sering berpapasan dengan Mercedez S Class dua pintu, barangkali itu suatu pertanda.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya.Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkansedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orangdari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.
Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School .Saya yakin Anda semua sudah beruntung dan tidak perlu bersekolah di Luck School. Tapi ada baiknya mengintip sedikit, latihan2 apa yang diberikan di Luck School .
Salah satu yang menonjol dari orang sial adalah betapa mereka sering mengabaikan hal-hal yang positif di sekitar mereka. Misalnya salah satu pasien Prof Wiseman, adalah seorang wanita single parent, yang sangat sial. Ketika diminta menceritakan hidupnya akan segera nyerocos menceritakan setiap detil kesialannya. Betapa sulitnya memperoleh pasangan, sudah ketemu pria yang cocok tapi si pria jatuh dari motor, di lain kesempatan si pria jatuh dan patah hidungnya, sudah hampir menikah, gerejanya terbakar, dan sebagainya. Pokoknya benar2 sial. Padahal, dalam setiap interview, si wanita datang membawa 2 orang anak yang sangat lucu2 dan sehat. Sebagian besar dari kita akan merasa sangat beruntung memiliki 2 anak tadi. Tapi tidak bagi si wanita sial tadi. Karena 2 anak lucu tadi tidak ada dalam pikiran si wanita, yang otaknya sudah penuh dengan “kesialan”. Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, wanita tadi harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi. Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.
Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, semakin mereka akan sadari betapa mereka beruntung. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk Anda. Siap mulai menjadi si Untung?
Sumber : Buku Inspirasi

Pakelem? Apaan tuh !!!!

Seorang filsuf Sokrates bahwa ada empat macam orang yang mengajukan pertanyaan yaitu:
1. Ia yang tahu dirinya tidak tahu maka orang itu harus diberi tahu yang jelas.
2. Ia yang tahu dirinya tahu waspadalah karena pertanyaannya adalah ujian.
3. Ia yang tidak tahu bahwa dirinya tahu bangunkan dia agar pengetahuannya dikeluarkan.
4. Ia yang tidak tahu dirinya tidak tahu (Bahasa Bali: orang belog pengkung) hindarilah dia agar pembicaraan tidak ngalor ngidul tidak karuan jadinya.

Jadi kalau menghadapi orang pertama hendaknya ditanggapi sebaik mungkin. Karena agama menawarkan suatu hubungan transcendental yang bisa memberikan dasar emosional bagi rasa aman lebih kuat di tengah ketidakpastian. Apakah dasar emosional ini bisa dianggap masuk akal? Karena hanya hal itu yang saya berikan. Karena persoalan upacara pakelem yang hanya saya dapatkan di dalam Prasasti-prasasti dan rontal-rontal, diantaranya:

1. Prasasti Batur Sakti yang menyebutkan bahwa pada tahun Saka 833 telah ada perintah Raja Sri Ugrasena Warmadewa yang disampaikan oleh keturunannya agar tetap melaksanakan upacara pakelem di danau, laut dan kepundan gunung. Oleh karena danau dan laut sama-sama merupakan sumber air dan air merupakan wasana untuk memperoleh kemakmuran dan kesuburan yang diperlukan umat manusia dalam kehidupannya.

2. Lontar Siwa Tattwa Purana dan Kampaning Pura Ulun Danu, menyebutkan beberapa macam penderitaan yang akan dialami oleh manusia dan isi alam yang ada di bumi ini apabila upacara makelem dilaksanakan maka alam semesta beserta isinya akan aman, tentram dan makmur. Tetapi apabila sebaliknya maka alam akan mengalami kehancuran karena tidak ada keharmonisan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.

3. Dalam Lontar Bhama Ketih disebutkan maka pelaksanaan upacara Bhuta yajna pakelem bertujuan menghilangkan hama penyakit yang datang dari sumbernya yaitu laut atau danau serta memohon kemakmuran untuk kesuburan tanah pertanian yang upacaranya dilaksanakan di laut atau danau. Bila hal ini tidak dilaksanakan maka bencana akan terjadi.

4. Lontar Kala Tattwa menyebutkan pemberian upacara pada Bhuta Kala yakni apabila diberikan upacara akan dapat membantu kehidupan manusia.

5. Lontar Tutur Aji Kunang-Kunang bahwa dalam usaha untuk memperoleh keselamatan terhadap bhuwana agung pada upacara-upacara besar dan utama hendaknya raja atau pimpinan suatu daerah melengkapi upacara dengan upacara pakelem ke laut atau danau yang membatasi daerah atau wilayah yang diperintahkan.

6. Lontar Kala Purana dan Lontar Sanghara Bhumi, menyebutkan waktu atau saat yang baik untuk melaksanakan upacara Bhuta yajna seperti pakelem yang bertujuan mengharmoniskan hubungan antara bhuana agung dengan bhuana alit.

7. Lontar Puja Gebogan, membuat beberapa puja stawa untuk upacara pakelem di danau, laut dan gunung.

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam upacara Bhuta yajna ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Mataya, sesuatu yang tumbuh dan berasal dari tumbuhan-tumbuhan yang dipakai sarana sesajen (banten) seperti buah-buahan, bunga, daun dan sebagainya.
b. Matinga, sesuatu yang lahir dua kali seperti ayam, itik karena lahir pertama sebagai telur dan lahir kedua sebagai ayam dan itik.
c. Maharja, sesuatu yang lahir sekali saja langsung menjadi binatang berkaki empat seperti kerbau, sapi, anjing, babi dan kambing yang semuanya belum diberikan (masih muda).

Pada waktu malasti yang dilakukan ke laut setelah sulinggih selesai menguncapkan mantra-mantra pasti ada acara mulang pakelem ke tengah laut. Tujuan dari malasti adalah memohon kepada Hyang Widhi dengan prabhawanya Hyang Waruna menganugrahkan air amerta (di Bali disebut tirta) guna dipakai dan terdapat di tengahing segara, di tengah lautan, maka pakelem itu ditenggalamkan ke laut. Pakelem adalah sarana yang bermakna menambah kesejahteraan. Ada lain lagi makna pakelem itu yaitu sebagai pangeruatan atau panyupatan dan bermakna sebagai pelebur dosa, guru piduka
Upacara pakelem adalah merupakan upacara yang digolong dalam upacara Bhuta yajna. Pakelem artinya menenggelamkan yadnya atau sesajen dengan menggunakan binatang kurban tertentu. Upacara pekelem dapat dilakukan di dua tempat yaitu di air dan di kepundan gunung.
Untuk pakelem di air dapat dilakukan di danau dan laut.
Pakelem itu sendiri berfungsi menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat manusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam. Wawasan tersebut untuk menumbuhkan kesadaran dalam menjaga keharmonisan alam. Pakelem harus dilakukan dengan langkah nyata sebagai upaya menjaga keharmonisan alam semesta.
Pada umumnya upacara pakelem tentu banyak jenis hewan atau binatang yang dikurbankan dalam arti sebagai upacara Bhuta yajna hal ini memiliki beberapa makna yaitu:
1. Bermakna sebagai pengeruat (panyupatan).
Pelaksanaan upacara Bhuta yajna dalam bentuk pakelem mempergunakan kurban binatang atau hewan yang dirangkai sedemikian rupa yang kemudian dijadikan satu paket dalam bentuk upakara. Hal inilah yang sering menjadi pertanyaan di masyarakat sehubungan dengan membunuh (himsa karma). Sesungguhnya hal ini tidak demikian, seharusnya perbuatan ini kita pilih antara perbuatan yang himsa karma dengan subha karma. Dalam hal pelaksanaan upacara Bhuta yajna ini perbuatan bersifat subha karma karena membunuh dalam konteks bertujuan sebagai panyupatan (nyomya), memberikan jalan kalepasan binatang yang dipergunakan sebagai kurban suci dalam hal ini bertujuan akhir agar nantinya roh binatang reinkarnasi kembali ke dunia lahir menjadi manusia sesuai dengan permohonan sulinggih di atas (Lontar Tutur Sang Hyang Tapeni)
2. Bermakna sebagai kesejahteraan.
Karena upacara pakelem tersebut bagian dari upacara Bhuta yajna memiliki makna sebagai sarana untuk mensejahterakan semesta dalam hubungan dengan adanya kekuatan-kekuatan yang cenderung asuri sampad yaitu adanya kekuatan yang bersifat negatif yang perlu dinetralisir (somya) agar menjadi positif (bhutahita) untuk kesejahteraan bhuana agung dan bhuana alit.
3. Bermakna sebagai permohonan maaf "guru piduka".
Juga mengandung makna sebagai permohonan maaf atas perbuatan manusia dengan melaksanakan penyucian terhadap Panca maha bhuta melalui perbuatan kebajikan baik yang ada di bhuana agung maupun di bhuana alit.
4. Bermakna sebagai kurban suci.
Dapat dikatakan sebagai memiliki makna sebagai kurban suci yakni karena pada dasarnya pelaksanaan berdasarkan penghormatan baik berupa material maupun moral spiritual yang berlandaskan ketulus-ikhlasan. Dengan jiwa yang tulus dan perbuatan yang ikhlas bahwa umat Hindu menyadari bahwa Sang Hyang Widhi (Tuhan) menciptakan alam semesta ini beserta isinya termasuk manusia melalui yajnanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurban binatang dalam upacara Pakelem sering disebut dengan Bhuta yajna yang merupakan upacara yang tetap ajeg dilaksanakan umat Hindu di Bali. Upacara ini dilaksanakan di danau, laut dan kepundan gunung merupakan upacara ritual yang bertujuan untuk memohon amertha (air kehidupan) dari Ida Sang Hyang Widhi agar segala tumbuhan-tumbuhan dan makhluk hidup terus tumbuh subur, hidup berkembang dan makmur.
Demikianlah makna upacara pakelem. Tentang hasilnya, yang menentukan hanya Hyang Widhi Wasa. Manusia yang diberikan pikiran hanya upacara pakelem itulah yang dapat dilakukan dengan disertai permohonan kepada Tuhan semoga keselamatan, kesejahteraan dapat dilimpahkanNya.
Sumber : Majalah Sarad Bali Edisi 103