1. Ia yang tahu dirinya tidak tahu maka orang itu harus diberi tahu yang jelas.
2. Ia yang tahu dirinya tahu waspadalah karena pertanyaannya adalah ujian.
3. Ia yang tidak tahu bahwa dirinya tahu bangunkan dia agar pengetahuannya dikeluarkan.
4. Ia yang tidak tahu dirinya tidak tahu (Bahasa Bali: orang belog pengkung) hindarilah dia agar pembicaraan tidak ngalor ngidul tidak karuan jadinya.
Jadi kalau menghadapi orang pertama hendaknya ditanggapi sebaik mungkin. Karena agama menawarkan suatu hubungan transcendental yang bisa memberikan dasar emosional bagi rasa aman lebih kuat di tengah ketidakpastian. Apakah dasar emosional ini bisa dianggap masuk akal? Karena hanya hal itu yang saya berikan. Karena persoalan upacara pakelem yang hanya saya dapatkan di dalam Prasasti-prasasti dan rontal-rontal, diantaranya:
1. Prasasti Batur Sakti yang menyebutkan bahwa pada tahun Saka 833 telah ada perintah Raja Sri Ugrasena Warmadewa yang disampaikan oleh keturunannya agar tetap melaksanakan upacara pakelem di danau, laut dan kepundan gunung. Oleh karena danau dan laut sama-sama merupakan sumber air dan air merupakan wasana untuk memperoleh kemakmuran dan kesuburan yang diperlukan umat manusia dalam kehidupannya.
2. Lontar Siwa Tattwa Purana dan Kampaning Pura Ulun Danu, menyebutkan beberapa macam penderitaan yang akan dialami oleh manusia dan isi alam yang ada di bumi ini apabila upacara makelem dilaksanakan maka alam semesta beserta isinya akan aman, tentram dan makmur. Tetapi apabila sebaliknya maka alam akan mengalami kehancuran karena tidak ada keharmonisan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.
3. Dalam Lontar Bhama Ketih disebutkan maka pelaksanaan upacara Bhuta yajna pakelem bertujuan menghilangkan hama penyakit yang datang dari sumbernya yaitu laut atau danau serta memohon kemakmuran untuk kesuburan tanah pertanian yang upacaranya dilaksanakan di laut atau danau. Bila hal ini tidak dilaksanakan maka bencana akan terjadi.
4. Lontar Kala Tattwa menyebutkan pemberian upacara pada Bhuta Kala yakni apabila diberikan upacara akan dapat membantu kehidupan manusia.
5. Lontar Tutur Aji Kunang-Kunang bahwa dalam usaha untuk memperoleh keselamatan terhadap bhuwana agung pada upacara-upacara besar dan utama hendaknya raja atau pimpinan suatu daerah melengkapi upacara dengan upacara pakelem ke laut atau danau yang membatasi daerah atau wilayah yang diperintahkan.
6. Lontar Kala Purana dan Lontar Sanghara Bhumi, menyebutkan waktu atau saat yang baik untuk melaksanakan upacara Bhuta yajna seperti pakelem yang bertujuan mengharmoniskan hubungan antara bhuana agung dengan bhuana alit.
7. Lontar Puja Gebogan, membuat beberapa puja stawa untuk upacara pakelem di danau, laut dan gunung.
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam upacara Bhuta yajna ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Mataya, sesuatu yang tumbuh dan berasal dari tumbuhan-tumbuhan yang dipakai sarana sesajen (banten) seperti buah-buahan, bunga, daun dan sebagainya.
b. Matinga, sesuatu yang lahir dua kali seperti ayam, itik karena lahir pertama sebagai telur dan lahir kedua sebagai ayam dan itik.
c. Maharja, sesuatu yang lahir sekali saja langsung menjadi binatang berkaki empat seperti kerbau, sapi, anjing, babi dan kambing yang semuanya belum diberikan (masih muda).
Pada waktu malasti yang dilakukan ke laut setelah sulinggih selesai menguncapkan mantra-mantra pasti ada acara mulang pakelem ke tengah laut. Tujuan dari malasti adalah memohon kepada Hyang Widhi dengan prabhawanya Hyang Waruna menganugrahkan air amerta (di Bali disebut tirta) guna dipakai dan terdapat di tengahing segara, di tengah lautan, maka pakelem itu ditenggalamkan ke laut. Pakelem adalah sarana yang bermakna menambah kesejahteraan. Ada lain lagi makna pakelem itu yaitu sebagai pangeruatan atau panyupatan dan bermakna sebagai pelebur dosa, guru piduka
Upacara pakelem adalah merupakan upacara yang digolong dalam upacara Bhuta yajna. Pakelem artinya menenggelamkan yadnya atau sesajen dengan menggunakan binatang kurban tertentu. Upacara pekelem dapat dilakukan di dua tempat yaitu di air dan di kepundan gunung.
Untuk pakelem di air dapat dilakukan di danau dan laut.
Pakelem itu sendiri berfungsi menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat manusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam. Wawasan tersebut untuk menumbuhkan kesadaran dalam menjaga keharmonisan alam. Pakelem harus dilakukan dengan langkah nyata sebagai upaya menjaga keharmonisan alam semesta.
Pada umumnya upacara pakelem tentu banyak jenis hewan atau binatang yang dikurbankan dalam arti sebagai upacara Bhuta yajna hal ini memiliki beberapa makna yaitu:
1. Bermakna sebagai pengeruat (panyupatan).
Pelaksanaan upacara Bhuta yajna dalam bentuk pakelem mempergunakan kurban binatang atau hewan yang dirangkai sedemikian rupa yang kemudian dijadikan satu paket dalam bentuk upakara. Hal inilah yang sering menjadi pertanyaan di masyarakat sehubungan dengan membunuh (himsa karma). Sesungguhnya hal ini tidak demikian, seharusnya perbuatan ini kita pilih antara perbuatan yang himsa karma dengan subha karma. Dalam hal pelaksanaan upacara Bhuta yajna ini perbuatan bersifat subha karma karena membunuh dalam konteks bertujuan sebagai panyupatan (nyomya), memberikan jalan kalepasan binatang yang dipergunakan sebagai kurban suci dalam hal ini bertujuan akhir agar nantinya roh binatang reinkarnasi kembali ke dunia lahir menjadi manusia sesuai dengan permohonan sulinggih di atas (Lontar Tutur Sang Hyang Tapeni)
2. Bermakna sebagai kesejahteraan.
Karena upacara pakelem tersebut bagian dari upacara Bhuta yajna memiliki makna sebagai sarana untuk mensejahterakan semesta dalam hubungan dengan adanya kekuatan-kekuatan yang cenderung asuri sampad yaitu adanya kekuatan yang bersifat negatif yang perlu dinetralisir (somya) agar menjadi positif (bhutahita) untuk kesejahteraan bhuana agung dan bhuana alit.
3. Bermakna sebagai permohonan maaf "guru piduka".
Juga mengandung makna sebagai permohonan maaf atas perbuatan manusia dengan melaksanakan penyucian terhadap Panca maha bhuta melalui perbuatan kebajikan baik yang ada di bhuana agung maupun di bhuana alit.
4. Bermakna sebagai kurban suci.
Dapat dikatakan sebagai memiliki makna sebagai kurban suci yakni karena pada dasarnya pelaksanaan berdasarkan penghormatan baik berupa material maupun moral spiritual yang berlandaskan ketulus-ikhlasan. Dengan jiwa yang tulus dan perbuatan yang ikhlas bahwa umat Hindu menyadari bahwa Sang Hyang Widhi (Tuhan) menciptakan alam semesta ini beserta isinya termasuk manusia melalui yajnanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurban binatang dalam upacara Pakelem sering disebut dengan Bhuta yajna yang merupakan upacara yang tetap ajeg dilaksanakan umat Hindu di Bali. Upacara ini dilaksanakan di danau, laut dan kepundan gunung merupakan upacara ritual yang bertujuan untuk memohon amertha (air kehidupan) dari Ida Sang Hyang Widhi agar segala tumbuhan-tumbuhan dan makhluk hidup terus tumbuh subur, hidup berkembang dan makmur.
Demikianlah makna upacara pakelem. Tentang hasilnya, yang menentukan hanya Hyang Widhi Wasa. Manusia yang diberikan pikiran hanya upacara pakelem itulah yang dapat dilakukan dengan disertai permohonan kepada Tuhan semoga keselamatan, kesejahteraan dapat dilimpahkanNya.
Sumber : Majalah Sarad Bali Edisi 103
2 komentar:
Penyupatan berlaku untuk Buta Kala yaitu Himsa karma..
Jika menuju jalan Tuhan, lakukanlah Ahimsa Karma..
Tinggal pilih mau melayani Buta atau Hyang Widi :)
Casino Bonus Code - KOMG777: No deposit bonus at komg777
CASINO REVIEW 정읍 출장샵 (KOMG777) is rated 3.6 out of 아산 출장안마 5 from 하남 출장마사지 my 8-bit and hands-on review. KOMG777 casino bonuses 인천광역 출장안마 and 삼척 출장안마 promotions. Rating: 3.4 · Review by Joseph Falchetti
Posting Komentar