Kala bengong dalam lamunan saya keingetan apa arti sesungguhnya satu rangkaian penutup persembahyangan yaitu nunas bija. Akhirnya saya browsing dan menemukan ini, semoga dapat memberikan pencerahan.
Mawija atau mabija dilakukan setelah usai mathirta, yang merupakan rangkaian terakhir dan suatu upacara persembahyangan. Wija atau bija adalah biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana. Kadangkala juga dicampur kunyit (Curcuma Domestica VAL) sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning. Bila dapat supaya diusahakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata).
Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ladangnya bersih dan suci, maka itu mewija dilakukan setelah mathirta.
Dalam diri manusia terdapat sifat kedewataan dan sifat keraksasaan yang disebut Daivi-sampat dan Asuri-sampat. Menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an berarti menumbuhkembangkan sifat kedewataan tersebut agar dapat mengatasi sifat keraksasaan. Kedua sifat itu bersemayam dalam pikiran dan lubuk hati manusia. Untuk tumbuh dan berkembangnya sifat kedewataan atau benih ke-Siwa-an itu dalam pikiran dari hati manusia maka tempat memuja itu yang terpenting di dua tempat, yaitu: pada pikiran dari hati itu sendiri, masing-masing dengan cara menempelkan di tengah-tengah kedua kening dan dengan menelannya. Patut pula diingat bahwa wija di samping sebagai lambang Kumara, juga sebagai sarana persembahan.
Agaknya perlu juga dikemukakan di sini bahwa wija/bija tidak sama dengan bhasma. Kadangkala antara wija/bija dan bhasma itu pengertiannya rancu. Wija tersebut dari beras sedangkan bhasma terbuat dari serbuk cendana yang sangat halus. Serbuk ini diperoleh dengan menggosok-gosokkan kayu cendana yang dibubuhi air di atas sebuah periuk atau dulang dari tanah liat. Kemudian hasil gosokan (asaban) itu diendapkan. Inilah bahan bhasma. Kata bhasma sendiri secara harfiah berarti abu atau serbuk. Kata "bhas" dalam kata bhasma tidak sama dengan kata baas dalam bahasa Bali yang berarti beras. Karena kata Bhasma adalah kata dalam bahasa Sansekerta. Pemakaiannyapun berbeda. Kalau wija umumnya dipakai oleh orang yang masih berstatus walaka, sedangkan bhasma hanya dipakai oleh Sulinggih yang berstatus sebagai anak lingsir. Kata wija berdekatan artinya dengan kata Walaka dan Kumara yang berarti biji benih atau putera.
Bhasma dalam hal ini adalah lambang Sunya atau Siwa. Dengan pemakaian bhasma itu Sulinggih bersangkutan menjadikan dirinya Siwa (Siwa Bhasma), disamping sebagai sarana untuk menyucikan dirinya (Bhasma sesa).
Sumber : www.babadbali.com
25/09/09
15/05/09
Berilah Maka Kamu Akan Diberi
Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan. Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri disana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalammobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson ."
Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya." Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan .
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $ 100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu : "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikansaya, inilah yang harus engkau lakukan : 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"
Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"
Inti cerita tersebut sesuai dengan pepatah lama yang berkata, "Berilah maka engkau diberi." Kita akan menerima hasil kebaikan kita dengan cara yang tidak kita duga, oleh karena itu kenapa kita tidak berbuat baik?.
10 Cara Berteman
Dari bukunya Dr. Dale Carnegie berjudul “How To Win Friends And Influence People” kita coba untuk mendapatkan cara berteman sehingga dalam menjalani hidup bisa indah dan damai. 10 Cara tersebut adalah :
1) Hindari kebiasaan mengkritik seseorang, karena berbagai kekurangan, kekeliruan dan ketidaktahuannya.
2) Hargai orang lain dengan tulus dan sejujurnya.
3) Biasakanlah selalu tersenyum.
4) Dalam pergaulan, usahakan dapat ‘mengingat nama’ orang yang pernah dikenal atau pernah diperkenalkan. Oleh karena, namanya adalah kata terindah yang diucapkan orang lain ditelinga.
5) Dalam berbicara dengan orang lain, usahakan menjadi pendengar yang baik. Doronglah ia agar mengungkapkan sebanyak-banyaknya tentarig dinnya, persoalannya dan kepentingannya.
6) Dalam berbicara dengan orang lain, tempatkan kepentingannya dalam fokus pernbicaraan. Dengan kata lain, lakukan pembicaraan dan kacamata kepentingan yang bersangkutan.
7) Dalam menghadapi orang lain, usahakan agar orang lain merasa dirinya penting, dan lakukan itu dengan setulus-hati, bukan dibuat-buat.
8) Jika Anda bersalah, segera akui kesalahan tersebut dengan jujur dan rendah hati.
9) Hargai pendapat orang lain, walaupun Anda tidak sependapat.
10) Jangan salahkan orang lain dengan cara mempermalukannya. Meskipun orang tersebut bawahan Anda atau pembantu Anda sekalipun.
Semoga cara diatas dapat membuat hidup menjadi hidup.
Om Awignam Astu.
1) Hindari kebiasaan mengkritik seseorang, karena berbagai kekurangan, kekeliruan dan ketidaktahuannya.
2) Hargai orang lain dengan tulus dan sejujurnya.
3) Biasakanlah selalu tersenyum.
4) Dalam pergaulan, usahakan dapat ‘mengingat nama’ orang yang pernah dikenal atau pernah diperkenalkan. Oleh karena, namanya adalah kata terindah yang diucapkan orang lain ditelinga.
5) Dalam berbicara dengan orang lain, usahakan menjadi pendengar yang baik. Doronglah ia agar mengungkapkan sebanyak-banyaknya tentarig dinnya, persoalannya dan kepentingannya.
6) Dalam berbicara dengan orang lain, tempatkan kepentingannya dalam fokus pernbicaraan. Dengan kata lain, lakukan pembicaraan dan kacamata kepentingan yang bersangkutan.
7) Dalam menghadapi orang lain, usahakan agar orang lain merasa dirinya penting, dan lakukan itu dengan setulus-hati, bukan dibuat-buat.
8) Jika Anda bersalah, segera akui kesalahan tersebut dengan jujur dan rendah hati.
9) Hargai pendapat orang lain, walaupun Anda tidak sependapat.
10) Jangan salahkan orang lain dengan cara mempermalukannya. Meskipun orang tersebut bawahan Anda atau pembantu Anda sekalipun.
Semoga cara diatas dapat membuat hidup menjadi hidup.
Om Awignam Astu.
21/04/09
BABAD SRI NARARYA KRESNA KEPAKISAN
Pada tahun 1357 Arya Kresna Kepakisan dikirim ke Bali oleh Maha Patih Gajah Mada memimpin pasukan bantuan Majapahit untuk memadamkan pemberontakan 39 desa Baliaga. Setelah berhasil beliau diangkat sebagai patih agung kerajaan Samprangan, mendampingi Sri Aji Kresna Kepakisan, raja Samprangan I. Di Samprangan beliau tinggal di Puri Nyuh Aya, karenanya beliau disebut juga Pangeran Nyuh Aya atau Ida Dewa Nyuh Aya. Beliau berputra 8 orang, 7 orang lahir di Nyuh Aya dan satu lahir di Gelgel (Krian Madya Asak). Putra-putra beliau adalah :
1. Ida Dianggan
2. Krian Madya Asak
3. Krian Petandakan
4. Krian Akah
5. Krian Cacaran
6. Krian Kaloping
7. Krian Pelangan
Kemudian Krian Madya Asak Menetap di desa Kapal tahun 1443 karena berselisih dengan saudaranya Krian Petandakan. Beliau menurunkan :
Krian Dauh Manginte
Krian Dauh Manginte menjadi Patih Agung tahun 1551-1582 ( Dalem Bekung ) setelah memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Krian Batan Jeruk. Beliau menurunkan :
1. I Gusti Kaler Pranawa
2. I Gusti Agung Widia
2. I Gusti Agung Widia
I Gusti Agung Widia menjadi Patih Agung Dalem Sagening tahun 1582-1622. Beliau menurunkan :
1. I Gusti Agung Kedung
2. I Gusti Karangasem
3. I Gusti Batulepang
4. I Gusti Agung Putu
5. I Gusti Basang Tamiang
6. I Gusti Kalang Anyar
I Gusti Batu Lepang dari Kamasan pindah ke Batuan. Beliau menurunkan :
1. I Gusti Buringkit
2. I Gusti Kacang Dawa
3. I Gusti Ujung
4. I Gusti Wayahan
2. I Gusti Kacang Dawa
3. I Gusti Ujung
4. I Gusti Wayahan
Untuk penyebaran ke Buleleng belum diketahui.
Sumber : Babadbali.com
Kidung Sembahyang
PANGAKSAMA
KAWITAN WARGASARI
PURWAKANING ANGRIPTA RUM,
KAHADANG LABUH
KARTIKA PANEDENGING SARI
ANGAYOM TANGULI KETUR
ANGRINGRING JANGGA MURE
WARGASARI
IDA RATU SAKING LUHUR
KAULA NUNAS LUGRANE
MANGDA SAMPUN TITYANG TANDRUH
MENGAYAT BETARA MANGKIN
TITYANG NGATURANG PEJATI
CANANG SUCI LAN DAKSINA
SAMI SAMPUN PUPUT
PRETIKANING SAJI
ASEP MENYAN MAJAGAU
CENANA NUHUR DEWANE
MANGDA IDA GELIS RAWUH
MIJIL SAKING LUHURING LANGIT
SAMPUN MEDABDABAN SAMI
MARING GIRI MERU REKO
ANCANGAN SEDULUR
SAMI PADA NGIRING
OM KSAMA SWAMAM PUKULUN
SADOSA TRI KAYANE
MANUSA NIRA ATI JUGUL
PANGKAH MANGATURANG GURIT
RING PADA DWAYA SANG LUWIH
SADANANING WONG ANEDA
SIH IRA HYANG KASUHUN
MUGI SIDA MANGUN TREPTI
PANGAKSAMANE KALUHUR
MANUNAS WARA LUGRANE
MANAWI IWANG NE KATUR
AGUNG RENA MATUR SISIP
CANANGE ASEBIT SARI
ICA BETARA MANONTON
NODYA SAKING LUHUR
MAMUPUTANG SAMI
MEGATRUH
ATUR TITYANG PARA SISYA
LINTANG JUGUL
PANEMBAHE RING HYANG WIDI
TAN PAMANTRA TAN PASUGUH
BAKTI ANTUK MANAH ELING
ELING MARING RAGA BELOG
MUKYA WALYA IRA SRAYA
SEMBAH INGSUN
KSAMA YA TAN PANGESTI
ASUNG ASIH HYANG PUKULUN
MANUGRAHA MARING MAMI
MANGDA KASIDANING DON
ADRI
EGAR MANAH IRA NGESTI AYU
ADRI
EGAR MANAH IRA NGESTI AYU
NGESTI BETARANE
KALIH IDA SANGHYANG WIDI
MUGI IDA ICA NERUS
BETEL KANGIN BETEL KAWUH
NGULAYANG KAWELAS HARSA
ANGESTIANG BRATA SADU
NGESTI IDA HYANG BETARA
NUNAS SARINING AMERTA
ASEP MENYAN MUANG KUKUS HARUM
ASEP MENYAN MUANG KUKUS HARUM
IRINGAN PUJANE
DINULUR GANDANING SARI
TEJANING SANG HYANG TUMURUN
MANJING RING BUDI UMANGUN
MANYUSUP RING CITA MENGKE
MANINCAP RING RASA SAMPUN
WUS MALINGGA RING ADNYANA
JENEK NYENENG RING HREDAYA
MERDU KOMALA
ONG SEMBAH NING ANATHA
MERDU KOMALA
ONG SEMBAH NING ANATHA
TINGGALANE DE TRI LOKA SARANA
WAHYA ^ DYATMIKA SEMBAHING HULUN
IJENG TA, TAN HANA WANEH
SANG LUIR AGNI SAKING TAHEN KADI MINYAK
SAKING DADI KITA
SANG SATSAT METU, YAN HANA WANG
AMUTER TUTUR, PINAHAYU
WYAPI WYAPAKA
WYAPI WYAPAKA
SARINING PARAMA TATWA,
DURLABA KITA ICANTA ANA TAN HANA
GANALALIT, LAWAN ALA AYU
UTPATI-STITI LINANING DADI
KITA TA KARANA NIKA
SANG SANGKAN PARANING SARAT
SEKALA LAN NISKALA ATMAKA KITA
M I J I L
SAPITUDUH IDA SANGHYANG WIDI
M I J I L
SAPITUDUH IDA SANGHYANG WIDI
AYU LAWAN KAWON
TATAK MANGDENE TANGGEN KAYUNE
WIREH IDA MAPAICA URIP
RING SANG MANUMADI
YOGYA IDA SEMBAH SUWUN
SIYANGDALU PATUTE ASTITI
TANGAN CAKUP KARO
SEKAR KUKUS HARUM PIRANTINE
MANGDA PAGEH ADNYANANE NGILIS
MENGARCANA WIDI
BAKTINE MANGDENE TUMUS
NULIS TUTUR DARMA SASTRA AJI
NULIS TUTUR DARMA SASTRA AJI
ANTENGE MEMAWOS
NGRANJING BAKTINE RING HYANG WIDI REKE
RING MERAJAN NGUDUD NYAMPAT APIK
MASI TANDA BAKTI
RING IDA HYANG MAHA AGUNG
T O T A K A
SASIWIMBA
T O T A K A
SASIWIMBA
HANENG GATA MESI BANYU
NDAN ASING SUCI NIRMALA MESI WULAN
IWA MANGKANA RAKWA
KITENG KADADIN
RING ANGAMBEKI YOGA
KITENG SEKALA
KATEMUNTA
MAREKA SITAN KATEMU
KAHIDEPTA MAREKA SITAN KAHIDEP
KAWENANGTA MAREKA
SITAN KAWENANG
PARAMARTA CIWATWA
NIRA WARANA
SWANDEWI
PRIHAN TEMEN DARMA
SWANDEWI
PRIHAN TEMEN DARMA
DUMERANANG SARAT
SARAGA SANG SADU
SIREKA TUTANA
TAN ARTA TAN KAMA
PIDONYA TAN YASA
YA SAKTI SANG SADNYANA
DARMA RAKSAKA
SAKAN IKANG RAT KITA
YANG WENANG MANUT
MANUPA DESA
PRIHATAN RUMAKSA YA
KSAYA NIKANG PAPA
NAHAN PRAYOJANA
JANA NURAGA DI
TWIN KAPANGGUHA
ADRI REREPEN
TEMBANG ADRI PENGASTAWA AYU
ADRI REREPEN
TEMBANG ADRI PENGASTAWA AYU
NGASTAWA IDA BETARA MANGKIN
NGASTITI IDA HYANG WIDI
DASA INDRYA SAMI KUMPUL
PANCA WISAYANE KUMPUL
MULIH MARING RASA SUKLA
RING PUTIH ATI MANERUS
BAYU SABDA IDEP SUKLA
MANGREGEP PRANAWA SUKLA
MECARU
WARGASARI
BUTA YADNYA BANTEN CARU
SAKSI PANGUNDANG BUTANE
SEGEHAN SATO BERUMBUN
TABUHAN SEREGEP SAMI
GELARANG MANTRA PEJATI
PANGLUKATAN WATEK BUTA
SAMI SAMPUN NYUKUH
MANUT BANTEN SIJI-SIJI
BUTA DENGEN SIDA MANTUK
MARING BUTA KALIKANE
BUTA KALIKA TUMURUN
LUKAT DENING DURGA DEWI
DURGA UMANE MENAMPI
PANGLUKATAN DURMANGGALA
ANTUK SANGHYANG GURU
SANGHYANG TUNGGAL PACANG NAMPI
NUHUR TIRTA
ADRI REREPEN
TIRTA UTAMA SAKTI MANERUS
PAICAIN KAULANE MANGKIN
NE SANDI MAPASUPATI
PANYUPATAN LARA AGUNG
SALWIRING LARA KASEPUH
HILANG MOKSA MARING SUNYA
LETUH HILANG ALA DUDUS
KATIBENIN ANTUK TIRTA
PAICAN IDA BETARA
A D R I
SINGGIH RATU SANG HYANG SINUHUN
KAULANE MANGKIN
NUNAS TIRTA MAHASUCI
TIRTA AMERTA KANG SINANGGUH
PANGURIP SARWA TUMUWUH
SANJIWANI YA ARANA
DASA MALA WUS KINANYUT
DADYA LUKAT TAN PEMALA
ATI SANTA PARISUDA
WARGASARI
TURUN TIRTA SAKING LUHUR
WARGASARI
TURUN TIRTA SAKING LUHUR
MANYIRATANG PEMANGKUNE
MEKALANGAN MUNCRAT MUMBUL
MAPAN TIRTA MERTA JATI
PAICAN BETARA SAMI
PANGLUKATAN DASA MALA
SAMI PADA LEBUR
MALANE RING BUMI
PAMUPUT
M I J I L
SAMPUN PUPUT MANGATURANG BAKTI
TANGAN CAKUP KARO
MENGATURANG SUKSEMANING
MADULURAN PARAMA SANTI
OM SANTI, SANTI, SANTI
PARIPURNA RAHAJENG IKU
LAIN-LAIN
BRAMARA
OM OM SEMBAH NING ANATA
DUMADAK JWA KA AKSI
MUNGGWING PANGEBAKTIAN TITYANG
DYASTUN TUNA LANGKUNG SAMI
PAKIRANG ARTA WIBAWA
NISTA SOLAH LAWAN WUWUS
MIWAH BANGET TUNA BUDI
KEWANTEN SREDANING MANAH
MIWAH KATLEBANING ATI
KALAWAN ELING TAN PEGAT
KEANGGEN MENYANGGRA MANYUWUN
SUWECAN IRATU SANG LUWIH
RARA KADIRI
RYANGKAT SRI NARAPATI
GUMURUH LAMPAHING BALA ANGIRING
LINTANG SAKING ALAKSA
SAMAYA LWIR GUNUNG
GONG GENDING AMBARUNG
RASA BELAH KENA MAHETALA
LAKUNING BALA ANGIRING
SAHA SANJATA PUNANG WONG
KAMA MALA
KADI HARSANING TARU LATA
KAMA MALA
KADI HARSANING TARU LATA
ANGAYAM-AYAM LABUH KAPAT
SUKANING SAKENDRAN I DATENG NRPA SUTA
Sumber : Blog Sanggraha Pinandita.
07/04/09
Susah bikin semua senang
Susah Bikin Semua Senang
Dalam waktu senggang Saya membuka-buka file komputer untuk mencari bahan bacaan yang ringan untuk mengusir rasa kantuk. Dan dari buku motivator Saya menemukan cerita yang inti ceritanya sering terjadi dalam kehidupan kita, judulnya : Kisah Laki-Laki Dan Keledai.
Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan nyengir, “Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik ke atas keledai itu?”
Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Seorang perempuan tua melihat mereka, ”Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan.”
Kali ini anak itu turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan seorang gadis muda. ”Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?”
Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. ”Binatang malang ....,ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!”
Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu. Melihat kejadian itu, orang-orang tertawa terpingkal-pingkal, ”Lihat, manusia keledai (bodoh-red) memanggul keledai” sorak mereka.
Jika anda berusaha menyenangkan semua orang, bisa jadi anda tak akan dapat menyenangkan siapa pun.
Nah ... itulah inti pelajarannya. Di semua tempat termasuk di Bali sering terjadi orang baik tetapi tetap ada orang yang tidak menyukainya (kadang mungkin dibuat sakit-amah leak), kenapa? karena tidak semua orang senang dengan apa yang dibuat atau dihasilkan oleh orang baik tersebut.
Disini Saya ingin menekankan bahwa sebagai manusia kita laksanakan saja apa yang menjadi kewajiban kita (swadharmaning manusia) sesuai ajaran agama/kepercayaan kita, jangan ragu-ragu atau mundur hanya karena takut tidak semua orang senang atau menerima dengan tulus atas apa yang kita lakukan.
Demikian juga untuk orang yang berdiri diposisi tidak senang dengan kerja (perbuatan) orang lain untuk dapat berpikir positif atas pekerjaan (perbuatan) orang lain tersebut. Mungkin orang lain itu mempunyai pandangan lain yang berbeda dengan pandangan kita, sehingga janganlah perbedaan pandangan tersebut menjadikan kita membenci orang lain tersebut.
Om Tat Sat
Hadiah disebrang penderitaan
Hadiah disebrang Penderitaan
Sudah menjadi kebiasaan (sebenarnya kebiasaan ini jelek) di saat mulai ngantuk dan akan tidur Saya nonton TV dulu dengan timer 30-45 menit dengan mencari acara TV yang ringan. Kebetulan ketemu acara Bapak Mario Teguh (seorang motivator) di TV O-Chanel yang bercerita ringan tetapi sangat menyentuh sehingga Saya berkata dalam hati ” Oooo iya...bener juga, kandungan ceritanya sama seperti yang saya alami!”.
Pak Mario teguh bercerita :
Di suatu kerajaan yang makmur dipimpin oleh Raja yang baik hati dan mempunyai seorang putri yang cantik satu-satunya sebagai pewaris kerajaan. Kemudian sang raja mengadakan sayembara untuk mencarikan jodoh anaknya.
” Barang siapa yang bisa berenang menyebrangi kolam ini ..akan Saya nikahkan dengan Putri Saya!” teriak sang Raja di hadapan rakyatnya.
Ternyata kolam tersebut seluas 2000 m2 (10 meter x 20 meter) tetapi didalamnya terdapat 20 ekor buaya peliharaan sang Raja yang sedang lapar.
Beberapa orang maju ke pinggir kolam, tetapi begitu melihat mulut buaya dengan giginya yang tajam mereka kembali ke tempat semula dan mengurungkan niatnya karena takut. Sudah 2 jam ditunggu namun tidak ada juga orang yang berani menyebrangi kolam itu walaupun sang Raja berjanji menambah hadiahnya dengan akan langsung mengangkatnya sebagai Raja untuk menggantikannya . Dalam keadaan hening tiba-tiba ......................
Pak Mario teguh bercerita :
Di suatu kerajaan yang makmur dipimpin oleh Raja yang baik hati dan mempunyai seorang putri yang cantik satu-satunya sebagai pewaris kerajaan. Kemudian sang raja mengadakan sayembara untuk mencarikan jodoh anaknya.
” Barang siapa yang bisa berenang menyebrangi kolam ini ..akan Saya nikahkan dengan Putri Saya!” teriak sang Raja di hadapan rakyatnya.
Ternyata kolam tersebut seluas 2000 m2 (10 meter x 20 meter) tetapi didalamnya terdapat 20 ekor buaya peliharaan sang Raja yang sedang lapar.
Beberapa orang maju ke pinggir kolam, tetapi begitu melihat mulut buaya dengan giginya yang tajam mereka kembali ke tempat semula dan mengurungkan niatnya karena takut. Sudah 2 jam ditunggu namun tidak ada juga orang yang berani menyebrangi kolam itu walaupun sang Raja berjanji menambah hadiahnya dengan akan langsung mengangkatnya sebagai Raja untuk menggantikannya . Dalam keadaan hening tiba-tiba ......................
bruuuuaaaakkkkk....cepak ..cepek...cepak...cepek...ternyata seorang pemuda desa terjun berenang semakin cepat untuk sampai ke sisi kolam disamping sang Raja berdiri. Di belakang pemuda tersebut sang buaya mengejar sambil mengernyitkan giginya.
Sungguh ajaib ... sang pemuda desa tadi sampai dengan selamat di samping sang Raja, semua tercengang terdiam bengong tanpa mampu berkata. Kemudian sang Raja mendekati pemuda desa tersebut dan langsung memberikan selamat. Tetapi keanehan terjadi, sang pemuda desa diberikan selamat tetapi malah bengong dan mengucapkan syukur bisa lepas dari kejaran buaya sehingga memancing keingintahuan sang Raja.
”Wahai pemuda kenapa kamu gak gembira setelah berhasil menyebrangi kolam itu dan mendapatkan Putri cantik dan Tahta kerajaan?” sergah sang Raja dengan rasa penasarannya.
Sang pemuda menjawab dengan gemeteran karena masih gak percaya bisa lolos dari maut dan trauma rasa takut tadi ” Ampun...paduka..hamba senang dengan hadiah pemberian paduka.”
”Tetapi sebelum hamba menerima hadiah hamba mohon bertanya dulu pada kawan-kawan saya disebrang kolam sana?” pinta sang pemuda dengan penuh rasa hormat.
Ketika sudah sampai sebrang kolam dimana awal sang pemuda berdiri dia langsung bertanya : ” Hai semua ....siapa tadi yang mendorong aku sehingga jatuh ke kolam itu?”.
Terdengarlah tertawaan semua orang-orang yang berada dikolam tersebut, ternyata sang pemuda tadi sengaja diceburkan oleh temannya dan bukan atas kemauannya.
Pelajaran berharga yang Saya bisa petik dari cerita tersebut adalah ” Kita harus menerima kondisi seberat apapun yang diberikan oleh-NYA dan berjuang untuk bisa lepas dari kondisi/ keadaan yang tidak baik (enak-red) tersebut yang sebenarnya bukan keinginan kita, tetapi Tuhan (Ida Hyang Widhi) menaruh kita dikondisi yang sulit agar kita berjuang dan bekerja keras karena Beliau telah menyiapkan sesuatu yang sangat berharga sebagai hadiah atas usaha kita dan tentunya kita tidak mengetahui apa hadiah tersebut karena hal itu adalah rahasia Tuhan”.
Terus kenapa Saya bilang kandungan ceritanya sama dengan saya alami?. Saat Saya sudah lulus S1 dengan gelar Sarjana Ekonomi (SE) maka perlu dilakukan penyesuaian pangkat untuk keperluan karier pekerjaan tetapi kondisi yang Saya alami adalah 3 kali saya gagal lulus test kenaikan pangkat, yang berarti 3 tahun karier dan kenaikan gaji mandeg. Di dalam 3 tahun tersebut Saya bukan tanpa usaha, diawal pendaftaran test 1 data-data pendaftaran saya hilang padahal berkas saya satu amplop dengan teman saya yang lulus test, sehingga timbul pertanyaan ”kenapa data satu amplop bisa hilang sebagian dan itu data saya?”. Di tahun ke 2 tiba-tiba saja data saya ditemukan (wah...ini pekerjaan siapa pikirku?) dan atas saran atasan Saya, Saya diajak menemui koleganya yang bisa membantu kelulusan test saya. Tetapi apa yang terjadi ternyata saya dinyatakan tidak lulus lagi. Muncul pertanyaan dipikiran saya ” Dosa apa saya ini ...belajar sudah, minta tolong orang dalam sudah, dan mohon doa dikawitan sudah tetap saja gak lulus?”. Terbersit pikiran jahat ” Sing ade gunane ngelah Dewa ajak Bethara tapi sing ngidaan nulungin”. Ditahun ke 3 kembali jauh-jauh hari saya giat belajar dan baru dinyatakan lulus.
Terus apa hadiah yang saya dapatkan atas keadaan tersebut?
Saya bisa punya rumah baru! Kok bisa? Itulah kejutan atau hadiah berharga yang telah disiapkan oleh Ida Hyang Widhi Wasa diseberang keadaan yang tidak mengenakkan tersebut. Karena dengan tidak lulus 3 tahun tersebut Saya tidak ditempatkan ditempat yang baru (jauh) sehingga tidak ada biaya tambahan untuk biaya perjalanan (malah dapat motor dinas) jadi masih tetap bisa menabung dan diberikan rejeki yang lebih dibandingkan teman yang sudah lulus 3 tahun sebelumnya.
Sungguh ajaib ... sang pemuda desa tadi sampai dengan selamat di samping sang Raja, semua tercengang terdiam bengong tanpa mampu berkata. Kemudian sang Raja mendekati pemuda desa tersebut dan langsung memberikan selamat. Tetapi keanehan terjadi, sang pemuda desa diberikan selamat tetapi malah bengong dan mengucapkan syukur bisa lepas dari kejaran buaya sehingga memancing keingintahuan sang Raja.
”Wahai pemuda kenapa kamu gak gembira setelah berhasil menyebrangi kolam itu dan mendapatkan Putri cantik dan Tahta kerajaan?” sergah sang Raja dengan rasa penasarannya.
Sang pemuda menjawab dengan gemeteran karena masih gak percaya bisa lolos dari maut dan trauma rasa takut tadi ” Ampun...paduka..hamba senang dengan hadiah pemberian paduka.”
”Tetapi sebelum hamba menerima hadiah hamba mohon bertanya dulu pada kawan-kawan saya disebrang kolam sana?” pinta sang pemuda dengan penuh rasa hormat.
Ketika sudah sampai sebrang kolam dimana awal sang pemuda berdiri dia langsung bertanya : ” Hai semua ....siapa tadi yang mendorong aku sehingga jatuh ke kolam itu?”.
Terdengarlah tertawaan semua orang-orang yang berada dikolam tersebut, ternyata sang pemuda tadi sengaja diceburkan oleh temannya dan bukan atas kemauannya.
Pelajaran berharga yang Saya bisa petik dari cerita tersebut adalah ” Kita harus menerima kondisi seberat apapun yang diberikan oleh-NYA dan berjuang untuk bisa lepas dari kondisi/ keadaan yang tidak baik (enak-red) tersebut yang sebenarnya bukan keinginan kita, tetapi Tuhan (Ida Hyang Widhi) menaruh kita dikondisi yang sulit agar kita berjuang dan bekerja keras karena Beliau telah menyiapkan sesuatu yang sangat berharga sebagai hadiah atas usaha kita dan tentunya kita tidak mengetahui apa hadiah tersebut karena hal itu adalah rahasia Tuhan”.
Terus kenapa Saya bilang kandungan ceritanya sama dengan saya alami?. Saat Saya sudah lulus S1 dengan gelar Sarjana Ekonomi (SE) maka perlu dilakukan penyesuaian pangkat untuk keperluan karier pekerjaan tetapi kondisi yang Saya alami adalah 3 kali saya gagal lulus test kenaikan pangkat, yang berarti 3 tahun karier dan kenaikan gaji mandeg. Di dalam 3 tahun tersebut Saya bukan tanpa usaha, diawal pendaftaran test 1 data-data pendaftaran saya hilang padahal berkas saya satu amplop dengan teman saya yang lulus test, sehingga timbul pertanyaan ”kenapa data satu amplop bisa hilang sebagian dan itu data saya?”. Di tahun ke 2 tiba-tiba saja data saya ditemukan (wah...ini pekerjaan siapa pikirku?) dan atas saran atasan Saya, Saya diajak menemui koleganya yang bisa membantu kelulusan test saya. Tetapi apa yang terjadi ternyata saya dinyatakan tidak lulus lagi. Muncul pertanyaan dipikiran saya ” Dosa apa saya ini ...belajar sudah, minta tolong orang dalam sudah, dan mohon doa dikawitan sudah tetap saja gak lulus?”. Terbersit pikiran jahat ” Sing ade gunane ngelah Dewa ajak Bethara tapi sing ngidaan nulungin”. Ditahun ke 3 kembali jauh-jauh hari saya giat belajar dan baru dinyatakan lulus.
Terus apa hadiah yang saya dapatkan atas keadaan tersebut?
Saya bisa punya rumah baru! Kok bisa? Itulah kejutan atau hadiah berharga yang telah disiapkan oleh Ida Hyang Widhi Wasa diseberang keadaan yang tidak mengenakkan tersebut. Karena dengan tidak lulus 3 tahun tersebut Saya tidak ditempatkan ditempat yang baru (jauh) sehingga tidak ada biaya tambahan untuk biaya perjalanan (malah dapat motor dinas) jadi masih tetap bisa menabung dan diberikan rejeki yang lebih dibandingkan teman yang sudah lulus 3 tahun sebelumnya.
Om Awignam Astu ....
18/03/09
Macam-Macam Doa Khusus
MACAM-MACAM DOA
Dari blog sanggraha pinandita saya mendapatkan macam-macam doa, semoga bisa kita gunakan untuk kebaikan kita semua.
Doa menghindar dari Malapetaka : Om Sarwa papawinasini, sarwa roga wimocane, sarwa klesa winasanam, sarwa bhogam awapnuyat. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia terimalah segala persembahan kami, musnahkan segala malapetaka, engkau bebaskan segala derita, engkau jauhkan segala penyakit, dan berikanlah kami sarana kehidupan.
Doa menghindar dari Malapetaka : Om Srikare sapa hut kare, roga dosa winasanam, siwa loghan mahayaste, mantra manah papa kelah Om Hyang Whidi , Paduka yang dipuja sebagai penguasa alam semesta, yang menjiwai segala mantra, bebaskan hamba dari segala dosa dan derita, serta tuntunlah pikiran kami dari kenestapaan menuju kejalan yang benar.
Doa mendapatkan kebahagiaan : Om Ayuwrdhi labhate dhanam, wrdhi guna suci yajnya, sudha sila sudhajnanam, bhukti mukti phalam swargam. Om Hyang Whidi , semua keberuntungan, kekayaan, kepandaian adalah atas Yajna suci Paduka, semoga tingkah laku, pikiran dan kata kata hamba menjadi bersih serta menikmati pahala sorga.
Doa Para Pedagang : Om A visvani amrta saubhagani Om Hyang Whidi , Paduka yang dipuja sebagai penguasa alam semesta, yang Maha pengasih, semoga Paduka menganugrahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan.
Doa ucapan selamat Hari Ulang tahun : Om Dirgayur astu tad astu astu swaha. Om Hyang Whidi , semoga keberuntungan, kebahagiaan dan panjang umur atas karunia Paduka.
Doa memotong Hewan : Om Pasu Pasa ya wihmahe sira cedaye dimahi, tanno jiwah pracodayat. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia atas perkenan paduka hamba menyemblih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.
Doa mengunjungi orang sakit : Om Sarwa wighna, sarwa klesa, sarwa lara roga winasa ya namah swaha. Om Hyang Whidi , semoga segala halangan , segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan lenyep oleh paduka.
Doa pada saat menghembuskan napas terakhir : OM A, TA, SA, BA, A, I, NA, MA, SI, WA, SI, WA, YA, ANG, UNG, MANG.Om Murcyantu, Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Ang ksama sampurna yanamah swadah. Om Hyang Whidi , Paduka yang dipuja sebagai penguasa alam semesta, yang menjiwai segalanya semoga arwahnya mencapai sorga, menunggal dengan Paduka, mencapai keheningan tempat tanpa suka dan duka, ampunilah dia semoga sempurna atas kemaha kuasaan MU.
Doa mengheningkan cipta : Om Am Brahma prajapati srstwah, swayambu waradham guru, padmayoni catur waktra, brahma sakayamucyate. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia Hamba puja sebagai brahma dan prajapati pencipta alam semesta, Paduka ada dengan sendirinya, adalah guru sejati, lahir diatas tertai dengan empat wahyu saktimu.
Doa pembukaan Rapat-1 : Om Sam Gacchadwam sam wadadwam, sam wo manamsi jatanam, dewa bhagamyatha purwa, sam janana upasate. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia Hamba berkumpul ditempat ini, berbicara satu dengan yang lainuntuk menemukan kesatuan pikiran, sebagai hal nya para dewapada jaman dahulu bersatu
Doa pembukaan Rapat-2 : Om Sam Samani Wa Akutih, Samana Hridayani Wah, Samanamastu Wo Mano, yathawah susaha sati Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia tuntunlah agar hamba sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam pikiran, sehingga kami dapat hidupbersama dengan bahagia.
Doa pembukaan Rapat-3 : Om Ano Bhadrah kratawo yantu wiswatah. Om Hyang Whidi , semoga pikiran yang baik datang dari segara arah. ,
Doa Penutup Rapat-1 : Om Mantramhinam Kryahinam, bhaktihinam, yadpujitan mahadewa, paripurnam tad astume. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia Mantram hamba tidak sempurna, perbuatan hamba tiada sempurna, bhakti hamba tidak sempurna pula, karena itu hamba Mu, Oh Mahadewa yang Agung, semoga kami dikaruniai kesempurnaan.
Doa Penutup Rapat-2 : Om Ayuwrdhi yasowerdhi, wrdhi prajna sukhasriyam Dharma santanawrdhisca santute sapta wrdhayah. Om Hyang Whidi , anugrahkanlah hamba dengan tujuh kehormatan, hidup lama,nama harum, ilmu pengetahuan suci, kebahagiaan, kesejahteraan, kepercayaan,dan putra-putri yang utama.
Doa Penutup Rapat-3 : Om Dirghayur nirwighna sukha wrdhinugrahakam. Om Hyang Whidi , semoga sukses tanpa halangan dan memperoleh kebahagiaan atas anugerahmu.
Doa Penutup / perpisahan : Om sarve bhavantu sukinah Sarve santhu niramayah Sarva bhadrani pasyantu Ma karcid dukha bagbawed Om santih santih santih. Om Hyang Widi semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, Semoga semuanya memperoleh kedamaian, Semoga semuanya memperoleh kebajikan & saling pengertian dan semoga semuanya terbabas dari penderitaan.
Doa berangkat bertugas1 : Om Mrtyunjayasya Dewasya, yo namamyanukirtayet, Dirghayusyam awapnoti, sanggrama wijayibhawet. Om Hyang Whidi , Paduka yang dipuja sebagai penguasa alam semesta, menguasai kematian, semoga kami memperoleh umur panjang selalu menang dan sukses dalam menjalankan tugas.
Doa berangkat bertugas2 : Om Om Jaya jiwatsarira raksan dadasime Om Hyang Whidi , anugrahkanlah kejayaan dan lindungilah jiwa raga hamba.
Doa berangkat bertugas3 : Om sudha sudha sudha waryastu ya namah swaha. Omawighnamastu ya namah swaha Om Hyang Whidi , yang maha suci anugrahkanlah kesucian itu pada hamba. Semoga atas karunia Mu tidak ada halangan.
Doa menolak Bahaya : Om Om Asta Maha Bhaya Ya, Om Sarwa dewa, sarwa senjata, sarwa warna ya namah. Om Atma Raksaya, sarwa satru winasa ya namah swaha. Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, penakluk segala macam bahaya dari segala penjuru,hamba . memujamu dalam wujud sinar suci dengan beraneka warnadan senjata sakti, Om Hyang Widhi lindungilah jiwa kami, semoga semua musuh binasa ataskehendak Mu.
Doa Kembali dari Tugas1 : Om Dirghayur Balawrdhi Sakti Karanam, Mrtyunjaya Saswatam, rogadi Ksaya kusta Dusta kalusam, Chandra Prabha Bhaswaram. Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, maha mulia membuat kehidupan kami, berumur panjang mengruniai tenaga, kekuatan dan kesejahteraan, Paduka adalah pemenang kematian dan abadi. Paduka bagaikan sinar rembulan yang penuh kasih menjauhi hamba dari penyakit dan dosa.
Doa Kembali dari Tugas2 : Om Dirghayur Nirwighna Sukha Wrdhi Nugrahakam. Om Santhi Santh Santhi Om. Om Hyang Whidi , semoga iada rintangan bagi kami dalam menegakan Dharma, semoga paduka limpahkan panjang umur kepada hamba.
Doa Ziarah : Om Parama Siwa Tangguhyam Siwa tattwa parayanah Siwasya pranato nityam Candhisasyo namah stute.Om Ksamantu, swargantu, Moksantu, murciantu namah swadah.Om Santhi Santh Santhi Om. Om Hyang Whidi, Paduka yang hamba puja sebagai Parama siwa yang maha gaib, yang merupakan pelebur dan kembalinya segala sesuatu, akhir dan kembalinya seluruh mahluk dan isi alam semesta ini..Om Hyang Whidi, Ampuni dan limpahkanlah kesempurnaan arwah para pahlawan kami. Semoga damai, damai, damai atas karunia Paduka.
Doa Renungan Suci1 : Om Am Brahma Prajapati, Sristwah, swayambu Waradam Guru, Padmoyoni Catur Waktra, Brahma sakayamucyate. Om Hyang Whidi , Paduka yang maha mulia Hamba puja sebagai brahma dan prajapati pencipta alam semesta, Paduka ada dengan sendirinya, adalah guru sejati, lahir diatas tertai dengan empat wahyu saktimu, Paduka pembebas semua perbuatan.
Doa Renungan Suci2 : Swargantu Pitaro Dewa Swargantu Pitaro Maha Swargantu Pitara Sarwaye Namah swadah Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, maha mulia Maha pengasih dan penyayang, semoga semua arwah dan roh suci mencapai sorga.
Doa Renungan Suci3 : Moksantu Pitaro Dewa Moksantu Pitaro Maha Moksantu Pitara Sarvaya Namah swadah Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, maha mulia Maha pengasih dan penyayang, semoga semua arwah dan roh suci mencapai moksa.
Doa Renungan Suci4 : Sunyantu Pitaro Dewa Sunyantu Pitaro Maha Sunyantu Pitara Sarvaya Namah swadah Om Santhi Santh Santhi Om. Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, maha mulia Maha pengasih dan penyayang, semoga semua arwah dan roh suci mencapai keheningan tempat tanpa suka dan duka. Semoga damai, damai, damai atas karunia Paduka.
Doa Keselamatan Penganten : Om Iha Iwa Stam ma wi yaustam, wiswam ayur wyasnutam, kridantau putrair naptrbhih, modamnau swe grhe Om Hyang Whidi , Yang Maha Kuasa, maha mulia Maha pengasih dan penyayang, anugrahkanlah pasangan penganten ini kebahagiaan, tiada terpisahkan, panjang umur, semoga penganten ini dianugrahkan suputra.
Doa Menanti Kelahiran : Om Bhratsumnah prasavita nivasano Jagatah sthaturubhasya yovasi.Sano devah savita sarma yacchatvasme Ksayaya trivarutham amhasah Om Hyang Whidi, Yang Maha Kuasa, maha mulia Maha pengasih, serta pemberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. Semoga Savitar memberikan rahmatnya kepada kami untuk ketentraman hidup Dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan jahat.
Doa saat bayi Lahir : Om bhur bhvah svah Tat savitur varenyam Bhargo devasya dhimahi Dhiyo yo nah pracodayat. Doa ini ditiupkan di telinga si bayi 3 kali di telinga kanan dan 3 kali ditelinga kiri.
Semoga bermanfaat, Om Awignam Astu, Om Tat Sat.
Pemikiran Orang Biasa
PEMIKIRAN ORANG BIASA
Di HR Galungan ini, saya ingin menuliskan pemikiran saya sebagai orang awan/biasa. Seiring semakin kritisnya kaum muda Hindu yang tidak mau lagi menjalankan ajaran agama Hindu berdasarkan paham ” Mule Keto ” (memang dari dulu begitu/warisan-red) dan berkembangnya aliran-aliran pemujaan, memunculkan suatu pandangan yang menarik minat saya untuk ikut urun rembug menyampaikan pemikiran saya. Pandangan kaum muda yang sempat saya baca (lupa koran apa majalah) adalah kenapa kita mesti buat banten dan ke Pura untuk sembahyang biar mencapai moksa, padahal dengan memusatkan pikiran (yoga) kita bisa mencapai moksa, sehingga tidak perlu repot-repot lagi.
Berikut ini padangan Saya :
Dalam renungan spiritual yang ditulis Bapak Gede Prama diungkapkan bahwa agama/kepercayaan itu diciptakan agar manusia bisa damai, nyaman, tenang (Moksatam Jagadhita Ya Caithi Dharma) sehingga dalam melaksanakan agama dan kepercayaan itu juga dengan cara damai dan cara yang membuat kita nyaman melaksanakannya.
Kemudian dalam Dalam Bab XII Sloka 2 s.d 4 Bagawadgita dinyatakan :
Sloka 2. Mereka yang memusatkan pikirannya kepadaKu, memujaKu, yang selalu harmonis dan terlapis dengan iman yang tertinggi - merekaKu anggap sebagai yogi-yogi yang terbaik.
Sloka 3. Mereka yang memuja Yang Maha Tak Terbinasakan, Yang Tak Terterangkan, Yang Tak Berbentuk, Yang Selalu Hadir, Yang Tak Terpikirkan, Yang Tak Berganti-ganti, Yang Tak Bervariasi, Yang Konstan -
Sloka 4. (Mereka yang memuja dengan cara demikian), menahan indra-indranya, memandang setiap benda secara sama-rata, bahagia dengan kesentosaan setiap makhluk -- mereka pun datang padaKu.
Dalam Bab XII Sloka 5 Bagawadgita dinyatakan :
“ Mereka yang pikirannya terpusat kepada Yang Maha Esa (Yang Tak Berbentuk), berusaha secara susah-payah (untuk mencapaiNya); karena jalan ke arah Yang Maha Esa ini sukar bagi mereka yang memiliki raga. “
Sang Kreshna mengatakan bahwa kedua bentuk methode dedikasi atau pemujaan di atas adalah benar, tetapi dengan memuja Sang Kreshna dalam bentuk manusia itu lebih efisien atau mudah, karena manusia cenderung memilih bentuk yang mudah dimengerti, sedangkan Yang Maha Esa dalam bentukNya yang tak terlihat dan tak berwujud, tentu saja sukar untuk dihayati dan dijangkau oleh rata-rata manusia, apa lagi yang masih gemar akan kenikmatan duniawi, tetapi ini tidak berarti lalu tidak ada manusia yang mampu langsung mencapaiNya (Para Brahman). Sebenarnya dalam sejarah agama Hindu terdapat banyak bukti bahwa banyak sekali individu-individu suci yang mampu menjangkauNya (mencapai Yang Maha Esa) dan bersatu denganNya. Bagaimana pun juga setelah tahap pemujaan kepada Sang Kreshna maka pemuja ini pada kesempatan berikutnya akan diteruskan kepada Sang Brahman juga. Di sini Sang Kreshna bertindak amat demokratis dan fleksibel, la memperbolehkan para pemuja untuk memuja dengan jalan apa saja sesuai dengan keinginan kita.
Didalam sloka selanjutnya disampiakan cara pemujaan kepada Sang Kreshna (Ida Hyang Widhi) yaitu dianjurkan untuk memilih jalan bhakti, karena sebagai manusia yang memiliki raga, jalan ini lebih cepat dan mudah.
Dalam Catur Marga Yoga juga kita kenal jalan untuk mencapai moksa baik moksa di bumi (kebebasan dalam artian bebas penderitaan/kebahagian) maupun moksa setelah kematian (kebebasan dalam artian menyatu dengan tuhan) dengan cara Bhakti Marga dan Karma Marga, yaitu Memuja Ida Hyang Widhi Wasa, Dewa-Dewa, dan Leluhur.
Sebagai manusia biasa maka kita melakukan bhakti kita ke hadapan Hyang Widhi, Para Dewa, dan Leluhur dengan cara yang mudah dan nyaman bagi kita (termasuk saya) yaitu berterima kasih atas karuniaNya dengan mempersembahkan hasil kerja kita lewat ungkapan BANTEN.
Terus terang saya juga tidak begitu mengerti tentang macem-macem banten, tetapi yang saya ingin tekankan adalah rasa nyaman dalam pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa dan tetap menghargai jalan apapun yang dipilih oleh seseorang untuk mencapai apa yang menjadi keyakinan agama atau kepercayaannya.
27/02/09
Warning : Dilarang Ngaben
PANCA BALI KRAMA
Membaca judul berita Balipost tanggal 27 Pebruari 2009 tentang larangan ngaben, dalam benak saya muncul pertanyaan " Memang sastra apa yang mendasari larangan tersebut? " karena selama ini pengetahuan saya hanya berdasarkan sastra "Mule keto". Berikut saya cuplikan berita tersebut agar dapat menjadi pencerahan kita semua.
Salah satu hal yang tak boleh dilakukan umat Hindu di Bali serangkaian Panca Bali Krama adalah ngaben atau makinsan di geni sejak 21 Februari hingga 27 April 2009. Hal itu tertuang dalam Surat Edaran No: 054/MDP Bali/XI/2008. Atas dasar itu pula, sejumlah warga yang meninggal pada kurun waktu tersebut akan dilakukan prosesi penguburan pada petang hari yang salah satunya dilengkapi sarana obor. Lantas, apa yang mendasari adanya larangan melaksanakan upacara pengabenan selama rangkaian Karya Agung Panca Bali Krama tersebut?
Menurut Ketua PHDI Bali Dr. IGN Sudiana Sudiana, karya-karya agung seperti Panca Bali Krama merupakan proses penyucian alam. Karenanya, selama batas waktu tertentu dilakukan proses negtegan karya atau mapanyengker agar peristiwa-peristiwa suci bisa dipertahankan guna mendukung kesuksesan penyelenggaraan karya agung tersebut. 'Larangan melaksanakan upacara pengabenan serangkaian digelarnya karya agung itu tertuang dalam sejumlah lontar di antaranya Lontar Bhama Kertih. Jadi, larangan pengabenan itu sudah tertuang dalam sastra-sastra agama,' katanya.
Sementara itu, dosen IHDN Denpasar yang juga Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Drs. Ketut Wiana, M.Ag. mengatakan, umat dianjurkan tidak melakukan pengabenan selama Karya Panca Bali Krama dengan maksud agar berkonsentrasi penuh pada pelaksanaan karya agung tersebut. Jadi, selama karya tersebut umat dianjurkan berkonsentrasi penuh, melaksanakan yasa kerti agar karya agung itu berjalan sukses. Sementara kegiatan upacara pitra yadnya selama karya berlangsung 'ditiadakan' untuk sementara.Ada sejumlah sastra seperti Lontar Dangdang Bang Bungalan yang mendasari hal itu. Karena itu, kata Wiana, saat nuwasen karya umat dibagikan tirta pangrapuhan atau tirta panyengker. Tirta itu dipercikkan di setra atau Pura Prajapati dengan harapan Karya Panca Bali Krama berjalan sukses tanpa ada gangguan. Tetapi sesungguhnya, kata Wiana, tirta pangrapuhan itu diyakini memiliki kekuatan yang amat tinggi. Dengan diperciki tirta itu di setra, jenazah yang dikubur sudah dianggap bersih.
Om Awignam Astu, semoga karya Panca Bali Krama berjalan dengan sukses dan Bali kembali menjadi pulau suci yang penuh kemakmuran dan kebahagiaan.
03/02/09
Tip hadapi Kaliyuga
MENJALANI HIDUP DI KALIYUGA
Kaliyuga adalah merupakan zaman terakhir menurut ajaran Agama Hindu. Bila ditinjau dari segi arti katanya, kaliyuga adalah merupakan kebalikan dari zaman Krta/Satya Yuga, dimana kalau pada zaman krta yuga hati manusia benar-benar tertuju kepada Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pengembali alam beserta isinya, maka pada zaman kaliyuga kepuasan hatilah yang menjadi tujuan utama dari manusia. Pada zaman ini apabila manusia sudah dapat memenuhi segala sesuatu yang bersifat keduniawian baik itu berupa harta (kekayaan) ataupun tahta (kedudukan) maka puaslah orang tersebut. Sesungguhnya kewajiban utama manusia pada zaman Kaliyuga adalah: berdana punya sebagaimana dinyatakan dalam kitab Parasara Dharmasastra sebagai berikut:
Tapah Param Krtayuge Tretayam Jnananucyate
Dvapare Yajnamityacurddanam Ekam kalau yuge.
Artinya: Pelaksanaan penebusan dosa yang ketat (tapa) merupakan kewajiban pada masa Satyayuga; pengetahuan tentang sang diri (jnana) pada tretayuga; pelaksanaan upacara kurban keagamaan (yajna) pada masa Dwaparayuga, dan melaksanakan amal sedekah (danam) pada masa Kaliyuga (Parasara Dharmasastra 1,23).
Dari uraian di atas sangat jelas terlihat bahwa berdana adalah merupakan kewajiban manusia pada zaman kaliyuga. Namun dalam kehidupan sekarang ini kita melihat banyak orang kaya yang kikir dan tidak mau mendermakan kekayaannya walaupun untuk yajna sekalipun.
Apakah yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi? Ini disebabkan oleh karena mereka beranggapan bahwa makin sering bersedekah maka makin berkuranglah harta miliknya. Pandangan yang demikian adalah sangat keliru karena sesungguhnya makin banyak kita bersedekah maka makin banyak pula kenikmatan yang akan diperoleh sebagaimana dinyatakan dalam kitab Sarasamuscaya sebagai berikut:
Kuneng phalaning tyagadana yawat katemung bhogapabhoga ring palaloka dlaha, yapwan phalaning sewaka ring wwang kabayan, katemung medaguna, si yatnan kitatutur, kuneng phalaning ahingsa, si tan pamati-mati, kadirghayusan mangka ling sang pandita.
Artinya: Maka hasil pemberian sedekah yang berlimpah-limpah adalah diperolehnya berbagai kenikmatan di dunia lain kelak; akan pahala pengabdian kepada orang tua-tua adalah diperolehnya hikmah kebijaksanaan yaitu tetap waspada dan sadar, adapun akibat ahimsa yaitu tidak melakukan perbuatan membunuh adalah usia panjang; demikian kata sang pandita (orang arif bijaksana). (S.S. Sloka 171).
Oleh sebab itulah mengingat berdana punya merupakan kewajiban utama pada zaman kaliyuga ini marilah kita mencoba membuka hati kita untuk melaksanakan dana punya. Kitab Sarasamuscaya memberikan tuntutan agar dapat melatih diri untuk berdana punya sebagai berikut:
Kuneng tekapanika sang mataki-taki dana karma, alpa wastu sakareng danakena, kadyangganingprat, lunggat, lutik, bungkila, samsam prakara, telas parityaga pwa irika, licin anglugas alaris ri kawehanya, makanimittang abhyasa,dadya ika mehakena rah dagingnya mene,
Artinya: Bagi orang yang melatih atau menguji diri untuk perbuatan memberikan sedekah, hendaknya dengan cara memberikan sedekah barang-barang yang tak berarti untuk sementara, sebagai misalnya salur-saluran, pucuk tumbuh-tumbuhan, tunas tanam-tanaman, umbi-umbian dan semacamnya tanam-tanaman yang daunnya boleh dimakan; jika untuk itu telah ada keikhlasan pengorbanan, licin, bebas dan lancar jalannya pemberian sedekah itu disebabkan karena telah merupakan kebiasaan dapat terjadi bahwa orang itu akan memberikan darah dagingnya sendiri nanti. (S.S. Sloka 212).
Setelah kita menyadari bahwa betapa besarnya pahala berdana punya tersebut bagi kehidupan kita, alangkah mulianya bila kita dapat menjadi tauladan dalam hal bersedekah, janganlah hanya dapat memberikan nasehat orang untuk dapat bersedekah, namun dirinya tidak pernah melaksanakan. Jika hal ini dilakukan, betapa nistanya kata-kata yang diucapkannya, karena sesungguhnya apa yang disampaikan akan sia-sia dan tiada akan membuahkan hasil sebagaimana diungkapkan dalam Sarasamusccaya sebagai berikut:
Kunang ikang wwang mapitutur juga, makon agawaya danapunya, akweh akadika tuwi, ikang wwang mangkana kramanya, ya ika tan siddhasadhya dlaha, wiluma asingsesta prayojananya, kadi kramaning kliba, tan paphala polahnya.
Artinya: Tetapi orang yang hanya memberi ingat atau nasehat saja menyuruh agar berbuat kebajikan memberi sedekah, baik banyak ataupun sedikit, orang yang demikian prilakunya, adalah tidak kesampaian maksudnya kelak, sekalian cita-cita dan tujuannya akan sia-sia, sebagai keadaan seorang mati pucuk (mandul) tidak berhasil perbuatannya (S.S. Sloka 214), Perbuatan itu sama hasilnya dengan memberikan punya dengan hati marah akan tidak menuai hasil sama sekali seperti diungkapkan dalam lontar Slokantara sebagai berikut:
Walaupun seandainya dana itu berjumlah amat besar. Tetapi diberikan dengan hati marah Akhirnya tidak berbeda dengan abu. Dan setumpuk ilalang dibakar oleh api yang kecil saja. (Sloka 20 (5)).
Oleh karena itu, marilah kita berusaha melatih diri untuk mampu berdana punya sesuai dengan kemampuan kita, walau sekecil apapun karena yang terpenting dalam bersedekah adalah ketulusan hati dan bukan dengan kesombongan, gen gsi ataupun dengan maksud memamerkan kekayaan. Di dalam kitab Sarasamusccaya diungkapkan secara jelas mengenai hal tersebut sebagai berikut:
Yadyapin akedika ikang dana, ndan mangene welkang ya, agong phalanika, yadyapin akweha tuwi; mangke welkang tuwi, yan antukning anyaya, nisphala ika, kalinganya, tan si kweh, tan si kedik, amuhara kweh kedik ning danaphala, kaneng paramarthanya, nyayanyaya ning dana juga.
Artinya: Biarpun sedikit pemberian (sedekah) itu, tetapi mengenai kehausan atau keinginan hati, besarlah manfaatnya; meski banyak apalagi menyebabkan semakin haus dan diperoleh dengan cara yang tidak layak atau tidak patut, tiada faedahnya itu; tegasnya, bukan yang banyak atau bukan yang sedikit, menyebabkan banyak atau sedikit faedah pemberian itu, melainkan pada hakekatnya tergantung dari layak atau tidaknya pemberian itu (S.S. Sloka 184).
Hal senada diungkapkan pula dalam Lontar Slokantara, sebagai berikut:
Walaupun dana itu berjumlah kecil dan tidak berarti,Tetapi jika diberikan dengan hati suci, akan membawa kebaikan yang tidak terkiraSebagai halnya sebuah biji pohon beringin. (Sloka 194).
Dari beberapa kutipan sloka di atas, dapatlah diambil intisarinya bahwa kewajiban utama manusia pada zaman Kaliyuga adalah melaksanakan dana punya, dimana sedekah tersebut semestinya dilakukan dengan hati yang suci dan ikhlas bukan dengan jalan memamerkan diri terlebih-lebih dengan harapan untuk mendapatkan pujian, sia-sialah semuanya itu.
Demikianlah kewajiban utama manusia di zaman kaliyuga yakni : “Melaksanakan Dana Punya/Sedekah”.
Oleh : Drs. Made Budiarsa - WHD No. 441 Nopember 2003
22/01/09
Kupuja ..Leluhurku
Memuja Leluhur
Artikel berikut ini saya ambil dari Majalah Raditya yang ditulis oleh Bapak Putu Setia, karena menurut saya sangat bagus untuk dijadikan sumber pencerahan dalam melakukan pemujaan baik kepada leluhur, dewa, maupun Ida Hyang Widhi Wasa sehingga menambah keyakinan kita pada iman kita sendiri. Berikut lengkap artikelnya.
Bagaimanakah para leluhur kita di masa lalu mengajarkan masalah moral, budi pekerti, keyakinan agama, dan ritual-ritual yang ada? Apakah mereka memberikan dharma wacana sambil mengutip buku-buku suci? Mungkin tidak, teknik penyampaiannya pasti sederhana dengan cara bercerita. Sekarang, guru atau tokoh agama mengutip kitab-kitab suci dalam melakukan dharma wacana. Maklum, pendengarnya juga kritis, semua hal yang bersifat anjuran, pantangan, dan sebagainya, selalu dimintai rujukannya di kitab suci. Begitu pula pendharma wacana, sebentar-sebentar mengutip sloka suci supaya kelihatan lebih keren.
Orang-orang di desa begitu polos menjalankan ritual agama dan juga memaknai kehidupan beragama. Kalau ada piodalan di pura, mereka datang tanpa rumit memikirkan apakah yang akan mereka puja di pura itu leluhur atau dewa atau Hyang Widhi. Istilah bethara, dewa, dan Tuhan masih rancu di kalangan orang-orang yang polos itu. Banyak sekali umat Hindu di pedesaan tak tahu dan tak perlu tahu apa beda bethara, dewa dan Tuhan. Kalau piodalan di pura ada orang yang kerauhan (trance) dan orang yang kerauhan itu menyebutkan kelinggihan Ida Bethara tertentu, umat sulit menjelaskan siapa Ida Bethara tertentu itu. Kalau ada yang bertanya apakah Ida Bethara itu Tuhan, mereka dengan mudah saja menjawab: ya. Bahkan orang kerauhan Butha pun juga disebut Tuhan. Jadi, begitu banyak Tuhan.
Ini yang sering sekali membuat orang non-Hindu bingung, kalau jawabannya seperti itu kenapa agama Hindu masih tegas menyatakan Tuhan itu Esa? Kenapa Hindu masih menyebut agama monotheisme? Tak heran kalau beberapa buku sejarah dan sosial menyebutkan Tuhan umat Hindu itu ada banyak.
Di banyak desa di Bali, pemujaan kepada leluhur mendapatkan tempat yang utama. Barangkali warga di sini tak perlu rumit dan ruwet mendefinisikan soal leluhur itu. Bagi mereka memuja leluhur sudah cukup untuk membuktikan bahwa mereka menjalankan ritual agama, tentu saja agama Hindu. Dengan hanya memuja leluhur, mereka tetap yakin sebagai bagian yang sah dari orang Bali, dan juga tidak ragu untuk menyebutkan agama mereka, yakni Hindu.
Salahkah mereka yang hanya memuja leluhur? Perlukah kita mencibir mereka sebagai “terbelakang” atau “kurang paham ajaran agama” atau sebutan lainnya, yang mengesankan seolah-olah kita lebih tahu masalah agama dibandingkan mereka? Jangan cepat-cepat melontarkan tuduhan seperti itu. Tradisi yang mereka pelihara dan mereka pertahankan itu pastilah dulunya ditanamkan dengan penuh keyakinan oleh leluhur mereka yang paham soal agama. Kitab suci Bhagawadgita, pada sloka VII-21 mengatakan, “apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtra”. Sloka ini adalah kelanjutan dari penjelasan bagaimana jika umat menyelengarakan ritual untuk memuja dewata. Di sini jelas disebutkan bahwa perbedaan dalam melakukan pemujaan itu hasilnya sama saja menuju Aku (Tuhan Yang Esa). Pada sloka IX-25 disebutkan. “Yang memuja dewata pergi kepada dewata, kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka, dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam, tetapi mereka yang memuja-Ku, datang kepada-Ku.”
Salahkah mereka yang hanya memuja leluhur? Perlukah kita mencibir mereka sebagai “terbelakang” atau “kurang paham ajaran agama” atau sebutan lainnya, yang mengesankan seolah-olah kita lebih tahu masalah agama dibandingkan mereka? Jangan cepat-cepat melontarkan tuduhan seperti itu. Tradisi yang mereka pelihara dan mereka pertahankan itu pastilah dulunya ditanamkan dengan penuh keyakinan oleh leluhur mereka yang paham soal agama. Kitab suci Bhagawadgita, pada sloka VII-21 mengatakan, “apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtra”. Sloka ini adalah kelanjutan dari penjelasan bagaimana jika umat menyelengarakan ritual untuk memuja dewata. Di sini jelas disebutkan bahwa perbedaan dalam melakukan pemujaan itu hasilnya sama saja menuju Aku (Tuhan Yang Esa). Pada sloka IX-25 disebutkan. “Yang memuja dewata pergi kepada dewata, kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka, dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam, tetapi mereka yang memuja-Ku, datang kepada-Ku.”
Ketiga bentuk pemujaan ini, baik kepada dewa-dewa, leluhur, maupun roh suci yang ada di alam, semuanya mendapatkan pahala. Semuanya bisa dibenarkan, namun Krisna mengajarkan jika umat memuja Tuhan secara langsung, itulah yang terbaik. “Yang terbaik” tidak harus diartikan itulah jalan satu-satunya. Apalagi diartikan itu jalan yang paling benar, sementara yang lainnya salah. Dalam kepercayaan Hindu, seseorang yang telah meninggal dunia, rohnya (atman) menyatu dengan Tuhan. Bukan seperti kepercayaan agama lain, “berada di sisi Tuhan”. Karena roh atau atman menyatu dengan Tuhan, mereka yang memuja leluhur otomatis memuja Tuhan juga. Ibarat pepatah, sambil berenang minum air, sambil memuja leluhur, kita memuja Tuhan.
Dengan pemahaman seperti ini, tradisi pemujaan kepada leluhur bukanlah sesuatu yang salah. Yang penting adalah kita tahu di mana posisi kita berada dalam melakukan pemujaan, apakah itu kepada leluhur (bethara), dewa, atau Tuhan. Leluhur menyatu dengan Tuhan, dewa adalah sinar sucinya Tuhan, jadi sesungguhnya obyek yang dipuja sama saja.
Masalahnya adalah apakah “memuja leluhur” lewat perantaraan balian, dasaran, tapakan, atau apapun namanya, juga termasuk dalam jalur “pemujaan kepada Tuhan?” Ini yang perlu diwaspadai. Dengan segala hormat saya kepada mereka yang mempercayai balian, dasaran, tapakan dan sebagainya ini, saya berpendapat ini sudah di luar konteks. Bahkan di luar dari makna sloka Bhagawad Gita yang saya kutip di atas. Kita tidak tahu, sejauh mana tingkat kerohanian dan tingkat spiritual mereka yang disebut balian, dasaran, tapakan itu. Kita sulit membuktikan apakah omongan mereka, meski pun setelah dinyatakan kerauhan, bisa dipegang untuk dijadikan pedoman. Misalnya, ada tradisi, ketika baru punya anak, menanyakan langsung ke balian (ada menyebutnya nunasang ke baas pipis) siapa yang numadi (reinkarnasi). Balian pasti menyebutkan tak jauh-jauh, mungkin kakeknya, eyangnya, neneknya, atau siapa pun yang sudah meninggal dunia. Dengan mempercayai hal ini, keluarga itu akan mematut-matutkan anak yang baru lahir itu dengan sifat orang yang numadi. Ini berbahaya karena karakter anak akan terpengaruh oleh apa yang sudah diyakini oleh keluarga itu. Jadi, mari kita rasional termasuk jangan terlalu percaya kalau leluhur sering memberi kutukan atau leluhur suka minta macam-macam.
Demikian isi artikelnya, sekarang untuk menarik makna dan pemahamannya sangat diserahkan kepada keyakinan dari masing-masing individunya.
Langganan:
Postingan (Atom)